Buy solo ads - Udimi

Bunda Maria Teladan Orang Beriman

 Bunda Maria adalah sosok yang sangat istimewa dalam sejarah keselamatan. Ia dipilih Allah untuk menjadi ibu dari Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Kehidupan Maria yang sederhana, rendah hati, dan penuh iman menjadikannya teladan bagi setiap orang beriman. Dari berbagai peristiwa dalam Kitab Suci, kita dapat melihat bagaimana Maria menunjukkan ketaatan yang total kepada kehendak Allah.
Pertama, teladan iman Maria tampak jelas dalam peristiwa Kabar Sukacita. Malaikat Gabriel datang menyampaikan kabar bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus (Luk 1:2638). Meski secara manusiawi hal itu sulit dimengerti, Maria dengan rendah hati menjawab: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38). Dari sini kita belajar arti iman sejati: mempercayai Allah sepenuhnya, meskipun kita tidak sepenuhnya memahami jalanNya.
Kedua, Maria juga menjadi teladan dalam hal kerendahan hati. Setelah menerima kabar dari malaikat, ia tidak membanggakan dirinya. Sebaliknya, Maria pergi mengunjungi Elisabet untuk melayani (Luk 1:3945). Ia menempatkan diri sebagai seorang hamba yang siap membantu sesama. Kerendahan hati inilah yang membuat Maria dimuliakan sepanjang zaman.
Dalam Magnificat atau Kidung Pujian Maria (Luk 1:4655), ia mengungkapkan syukur yang mendalam kepada Allah. Maria tidak memuji dirinya sendiri, melainkan meninggikan Tuhan yang telah melakukan karya besar dalam hidupnya. Sikap ini mengajarkan kita untuk selalu mengembalikan segala kemuliaan kepada Allah, bukan kepada diri sendiri.
Ketiga, teladan kesetiaan Maria terlihat ketika ia mendampingi Yesus sepanjang hidupNya. Ia hadir dalam perjamuan di Kana (Yoh 2:111), di mana ia dengan penuh perhatian menyadari kebutuhan orang lain. Dengan berkata: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5), Maria menunjukkan bahwa iman sejati adalah mendengarkan dan menaati Yesus.
Maria juga hadir setia di bawah kaki salib (Yoh 19:2527). Pada saat banyak murid melarikan diri karena takut, Maria tetap bertahan mendampingi Putranya. Penderitaan yang ia alami begitu besar, namun ia tidak pernah meninggalkan imannya. Kesetiaan ini menjadi teladan bagi kita agar tetap berpegang teguh kepada Tuhan di tengah penderitaan.
Selain itu, Maria juga menunjukkan teladan dalam doa. Dalam Kisah Para Rasul 1:14, dikisahkan bahwa Maria bertekun bersama para murid dalam doa menantikan turunnya Roh Kudus. Kehadirannya dalam komunitas pertama Gereja menegaskan bahwa doa adalah kekuatan iman yang sejati.
Ketaatan Maria bukan hanya sekali dalam hidupnya, melainkan terusmenerus. Dari sejak menerima kabar malaikat, mendampingi Yesus, hingga berada bersama Gereja mulamula, ia selalu menunjukkan kesediaan untuk mengikuti kehendak Allah. Hal ini menegaskan bahwa iman bukanlah keputusan sesaat, melainkan perjalanan seumur hidup.
Kisah Maria juga mengingatkan kita bahwa menjadi beriman bukan berarti hidup tanpa penderitaan. Maria mengalami banyak pergumulan: mulai dari kegelisahan Yusuf, kelahiran Yesus di kandang, pelarian ke Mesir, hingga menyaksikan Putranya disalibkan. Namun, semua itu ia jalani dengan penuh kesabaran dan iman kepada Allah.
Dari Maria, kita belajar untuk selalu menaruh pengharapan kepada Tuhan. Ia percaya bahwa janji Allah pasti tergenapi. Seperti yang dikatakan Elisabet kepadanya: “Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana.” (Luk 1:45).
Sebagai orang beriman, kita dipanggil untuk meneladani Maria: rendah hati, setia, taat, berdoa, dan penuh pengharapan. Iman kita diuji dalam situasi sulit, tetapi justru di situlah kita bisa belajar untuk semakin menyerahkan diri kepada Allah.
Akhirnya, Bunda Maria menjadi gambaran nyata seorang murid sejati Kristus. Ia mengajarkan kita untuk selalu berkata: “Jadilah padaku menurut kehendakMu.” Melalui teladannya, kita pun dikuatkan untuk berjalan dalam iman, apapun tantangan hidup yang kita hadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar